Tuesday, November 27, 2012

Big Different


“Sayang, abis ini kita naik kuda-kudaan ya.” Ajak Dini kepada Yaser. “Iya sayang. Sesudah Istana Boneka kita naik kuda-kudaan ya.” Jawab Yaser. Suasana taman hiburan itu sangat menyenangkan. Serasa hanya Dini dan Yaser yang berada disana. Padahal jumla mereka 4 orang, ada Dini, Yaser, Caca, dan Aulia. Tapi ya begitulah jika sedang menjaling sebuah hubungan.
“ngggggggkkkk, ngggggggkkk.” Handphone Yaser bergetar. “Dari siapa Yas?” Tanya Dini dengan nada penasaran. “Bukan kok, bukan siapa-siapa. Itu temen aku. Abaikan saja.” Jawab Yaser dengan gugup. “nggggggkkk, ngggggkk.” Handphone Yaser bergetar lagi, “tunggu sebentar ya Din.” Yaser pergi meninggalkan Dini untuk mengangkat telepon yang entah dari siapa.
“Hallo Sar, kenapa? Gue lagi sama Dini.” Jawab Yaser. “Oh, gitu ya Yas, baiklah. Maaf ya Yas, gue Cuma kangen sama lo. Nanti kabarin gue ya kalo udah sampe rumah.” Terdengar suara seorang wanita. Itu Sarah, mahasiswi baru di Kampus Yaser. Dia naksir Yaser waktu ada acara kegiatan Rohani. Yaser dan Sarah sama-sama christiani. Sangat berbeda dengan Yaser dan Dini. Dini beragama Islam.
Telepon pun ditutup oleh Yaser. “Dari siapa? Sarah?” dengan nada yang tidak menyenangkan. “bukan sayang, itu dari Ical kok. Dia nanyain tentang naik gunung nanti, Cuma ya aku bilang aja lagi sama kamu, jadi ditunda dulu omongannya.” Jawab Yaser tenang. “oh, gitu. Bagus deh. Aku piker Sarah. Awas ya kamu genit-genit sama dia.” Celetus Dini. Dengan tenang Yaser hanya membalas senyum. Mereka pun melanjutkan liburanya.
Tepat jam 8 malam, mereka sampai di rumah masing-masing. Dini, masih memikirkan seseorang yang menelepon Yaser tadi. Akhirnya pun Dini memeriksa twitter Yaser, yang lebih tepat Dini memeriksa twitter Sarah. “Gak ada yang mencurigakan. Tapi…… Astaga, apa ini? Ternyata benar kecurigaanku selama ini.” Tiba-tiba Dini meneteskan air mata. Tidak disangka Dini menemukan percakapan temannya Sarah dengan Sarah. Di sana tertulis hehe, iya nih ren :D RT @renastasya cieee, yang abis jalan sama Yankee, bahagia banget kayanya RT @chrisarah thanks for tonight baby Yankee :* {}. “pantas saja malam itu kamu tidak bisa dihubungi Yas, dengan alasan handphonemu low bat. Kenapa kamu setega ini Yas.” Batin Dini. Saat itu pun Dini terluka. Namun, Dini tidak ingin jika Yaser tahu apa yang Dini ketahui. Dini masih ingin mencari kebenarannya.
Yaser agak sedikit berbeda dari pertama Dini kenal. Yaser sudah mulai sering mengabaikan Dini. Bahkan Yaser juga jarang memakai “aku kamu” dengan Dini. Mama Dini pun sering menasehati Dini tentang perbedaannya dengan Yaser. “Mau sampai kapan kamu masih berhubungan dengan Yaser? Din, ingat, dia…” Dini, memotong omongan sang mama “ma, cukup. Aku tahu jika tidak ada yang mengalah dari kami, kami tidak akan mungkin bersatu. Tapi tolonglah ma. Aku juga sedang berusaha mencari jawabannya. Kalo emang nggak jodoh, Tuhan segera kasih petunjuk kok. Aku tetap kepada pendirianku kok. Aku gak akan pindah agama.” Jelas Dini kepada sang mama, dan mama pun hanya diam.
1 bulan kemudian, salah satu sahabat Yaser menghubungi Dini, dia memberitahu nomer handphone Sarah dan Dini mengajak Sarah bertemu disalah satu café untuk memperjelas kecurigaan Dini terhadap hubungan Yaser dan Sarah.
Setibanya di café tersebut, Dini menunggu Sarah yang masih berada di jalan. Dini mengeluargkan rokok dan koreknya. Sejak Dini merasakan perubahan sikap Yaser terhadap Dini, Dini mengalami stress ringan dan mulai merokok dan minum minuman beralcohol. 20 menit kemudian Sarah datang. “hey Din.” Sapa Sarah. “hey.” Jawab Dini singkat. “Lo ngerokok?” Tanya Sarah. “iya, lo mau?” tawaran Dini kepada Sarah. “gue bawa kok, tapi lo jangan bilang-bilang Yaser ya kalo gue ngerokok.” Damn! Bagaikan ditembak dengan tombak panas hati Dini ketika Sarah menyebutkan nama Yaser, namun Sarah masih tetap tenang.
“Sar, jujur sama gue ya. Yaser sama lo ada hubungan apa sebenernya? Gue janji kok gak akan cerita apa-apa kalo lo ngomong sama gue.” Tanya Dini langsung. “Din, sebelumnya gue minta maaf karna gue udah hadir di hubungan lo sama Yaser. Cuma gue udah berusaha buat cegah perasaan gue. Awalnya gue juga sukanya sama temennya Yaser, tapi gak tahu kenapa Yaser selalu bisa bikin gue nyaman, dan Yaser juga yang selalu hibur gue disaat gue baru putus sama mantan gue. Yaser udah bisa buat gue move on Din. Tapi setelah gue tahu ternyata Yaser punya pacar dan itu lo, gue berusaha jauhin dia, tapi dia selalu ngomong kalo gue gak boleh pergi dari dia. Maaf ya Din, gue sayang banget sama Yaser, apalagi dia seagama sama gue. Gue putus sama mantan gue karna gue beda agama dan Yaser dateng ke kehidupan gue.” Jelas Sarah. “lo mau jadian sama Yaser? Lo bisa jagain dia?” kata Dini. Sarah pun bingung. Sarah tidak mengerti pertanyaan Dini. Mengapa Dini bertanya seperti itu? “gue putusin Yaser kalo emang Yaser lebih bahagia sama lo Sar.” Sambung Dini sambil menangis namun tersenyum. “tapi Din, lo kan sayang banget sama dia.” Jawab Sarah. “iya gue sayang banget melebihi perasaan lo ke dia. Tapi yaudahlah… Sar, gue duluan ya. Gue masih ada tugas. Good luck ya buat lo dan Yaser.” Dini pun pergi meninggalkan Sarah.
Keesokkan harinya Dini bertemu dengan Yaser, “Ada apa Din?” Tanya Yaser tegas. “Kita putus ya Yas. Gue gak bisa kalo punya hubungan tapi ada yang usik. Lo tahu gue kan? Tapi sayang malah banyak yang usik. Maaf ya Yas sekali lagi. Gue sayang sama lo, tapi gue gak bisa… dan lo tahu kita juga beda. Aduh, yaudah deh intinya gue gak bisa sama lo lagi. Makasih ya buat semuanya. Gue cabut dulu.” Untuk terakhir kalinya Dini mengecup kening Yaser dan pergi meninggalkan Yaser. Yaser masih terdiam di kursinya. Dini menangis membelakangi Yaser. Dini sadar bahwa dia masih belum bisa tanpa Yaser. Yaser pria pertama yang benar-benar memberikan Dini sebuah hidup. Yaser adalah segalanya diluar kategori keluarga.
Saat di bus, Dini tidak bisa menahan air matanya. Dini terus menangis dan mungkin banyak yang memandanginya namun tidak Dini tanggapi. Dini membuka handphonenya, ia segera menghubungi Rizky sahabat dekatnya untuk menjemputnya di pertengahan jalan karna Dini sudah mulai pusing, Dini takut tidak sadarkan diri di bus jika dia tidak minta jemput. “Ky, lagi dimana? Jemput gue bisa gak di pertigaan deket sekolah?” Dini menelepon dengan nada terisak. “Din, lo kenapa? Yaudah y ague jemput. Udah lo tunggu sana jangan kemana-mana.” Jawab Rizky. Setelah mengakhiri teleponnya, Dini turun di pertigaan dekat sekolah dan menunggu Rizky.
Tidak lama, Rizky pun tiba. Rizky melihatku aneh. Dini naik motor dengan perlahan. Ketika di jalan Dini memeluk erat Rizky sambil menangis terisak-isak. “Din, lo kenapa lagi? Cerita sama gue.” Tanya Rizky lembut. “Gue putusin Yaser, Ky. Dia udah selingkuhin gue. Gue capek.” Jawab Dini sambil menangis. “Yaudah Din, mau ke rumah gue apa ke rumah lu? Ceritanya di rumah aja biar lu bisa lebih tenang.” Tanya Rizky. “ke rumah gue aja Ky, orang rumah lagi pada pergi.” Jelas Dini.
Setibanya di rumah Dini, Dini mulai demam dan lemas sekali, mungkin perasaannya saat ini tidak karuan. Risky membawanya ke kamar. Dini menjelaskan kejadian tentang dia dengan Yaser kepada Rizky. Dan Rizky pun menenangkan Dini, tidak lama Dini berhenti menangis, ia pun tertidur dan Rizky menyelimutinya. Sebenarnya Rizky menyukai Dini namun mereka berdua tidak ingin merusak persahabatannya.
7 bulan berlalu, Dini berusaha untuk menguatkan dirinya tanpa Yaser. Ya walau terkadang Dini masih suka teringat kenangan mereka berdua. Namun banyak sahabat-sahabatnya yang memberi semangat untuk move on.
Saat Dini berjalan-jalan sendiri di sebuah taman, tiba-tiba tak sengaja Dini menabrak seseorang “ups, sorry sorry, gue gak liat lo.” Kata Dini. “hey Din.” Jawab orang itu. Tidak disangka, Dini menabrak Yaser. Saat itu Dini langsung ingin meninggalkan Yaser namun pria itu langsung menggenggam tangan Dini. “mau ngapain lagi sih lo?!” teriak Dini. “Din, gue perlu ngomong sesuatu sama lo.” Pinta Yaser. “gak ada yang perlu diomongin lagi Yaser. Urusin aja tuh pacar baru lo. Sekarang mendingan lo lepasin tangan gue!” jawab Dini dengan kasar. “Din, gue masih sayang banget sama lo. Lo harus tau apa yang gue rasain, jujur gue gak bisa lupain lo. Gue butuh lo di sisi gue, Din.” Pinta Yaser lagi. “gampang banget ya lo Yas ngomong kaya gitu. Gue gak akan mau diduain atau jadi yg kedua. Lo tahu apa mau gue saat ini? Gue lebih baik Tuhan yang ambil lo dari gue dibanding Sarah yang ambil lo dari gue!!!” saat itulah Dini langsung pergi meninggalkan Yaser sambil menangis dan Yaser hanya terdiam melihat Dini yang pergi menjauhinya.

To be continued…

No comments:

Post a Comment