“Ngggkkkkk……
nggggkkkk……” handphoneku bergetar. “Ra, kamu udah bangun? Aku di bawah ya.” Setelah
membaca pesan dari Ari aku terbangun dari tempat tidurku, bergegas turun ke bawah
dan menemuinya. “Ari!” aku langsung memeluknya. “Hey, Dira. Apa kabar kamu? Sudah
lama sekali ya kita tidak bertemu.” Ari dengan lembut membelai rambutku. Aku rindu
sekali padanya. Ari pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjut sekolahnya ke
Paris. Dan setelah 4 tahun, dia datang kembali menemuiku.
“Aku sangat
merindukanmu. Kapan kamu tiba? Kenapa tidak memberi kabar?” dengan cepat aku
menyerangnya dengan pertanyaan. Ari tersenyum “haruskah aku menjawab seluruh
pertanyaanmu di depan pintu Ra?” canda Ari. “Oh Tuhan, maaf Ri, aku lupa. Ayo
masuk.” Dengan sangat malu aku mengajaknya ke dalam. Ari adalah seseorang yang
aku suka sejak aku masih SMA, namun Ari tidak pernah tahu apa yang aku rasakan,
karna aku tidak ingin merusak persahabatanku dengannya. Dan sampai sekarang aku
masih menyimpan perasaanku, entah kapan aku akan jujur mengatakannya.
“Duduk dulu deh
Ri, aku mau mandi sebentar deh ya. Biar bibi yang anter minum buat kamu. Kamu jangan
kemana mana ya.” Perintahku. “iya bawel” jawab Ari. Dan aku meninggalkan Ari. “Oh
Tuhan, dia kembali. Gak bisa bohong, aku masih sangat menyayanginya. Semoga tak
lama lagi dia mengetahui apa yang aku rasakan.” Batinku.
“Hey Ri, lama
ya? Maaf yaaaa.” Saatku kembali ke ruang tamu. “Aku sampe lumutan nih nungguin
kamu, untung bibi masih inget apa yang aku suka, setidaknya apa yang bibi kasih
ke aku itu bisa membunuh rasa bosen karna nungguin kamu yang mandinya lama
banget.” Celetuk Ari. “Ets, biasa aja dong.” Jawabku. Ari tersenyum melihatku “yasudah,
yuk kita pergi.” Ajak Ari. “Loh, memangnya kita mau kemana?” tanyaku. “sudah
ayo, jangan cerewet!” tiba-tiba Ari menarik tanganku menuju keluar rumah. Genggamannya
membuatku lupa akan kesedihanku ketika Ari meninggalkanku selama 4 tahun ini. Sekarang
rasa rinduku telah terbayar walaupun belum keseluruhannya.
Ari membukakan
pintu mobilnya untukku dan mempersilahkan aku masuk bagaikan putri, “terimakasih.”
Ucapku dan Ari tersenyum. Harum mobilnya tidak berubah, aroma tubuhnya yang
wangi itu juga tidak berubah. Benar-benar Ari yang aku kenal. Namun aku tidak
tahu, kemana Ari akan membawaku.
Setelah 2 jam
perjalanan, kami sampai di tempat yang sangat sejuk, daerah Jawa Barat. “akhirnya
sampai juga.” Ucap Ari, “ayo tuan putri, kita sudah sampai nih. Turunlah dari
kursi cantikmu.” Sambungnya. Aku masih bingung, untuk apa Ari mengajakku ke
tempat seindah ini? Tapi yasudahlah lebih baik aku ikuti mau dia, toh
sepertinya gak merugikan.
Udaranya dingin
banget, padahal Ari tahu aku tidak begitu suka dingin dan dia juga tahu kalo
aku kedinginan apa akibatnya. Menyebalkan sekali memang si Ari kadang-kadang. Tapi
tunggu dulu, dia……. “nih pakai, aku takut badanmu bentol-bentol kalo
kedinginan.” Ari memberikan jaketnya untukku, Tuhan apakah aku harus kePDan
atau biasa aja, yang jelas aku senang sekali. “terimakasih ya Ri.” Ucapku. “iya
Ra sama-sama. Yasudah yuk, jangan terlalu lama diam, nanti keburu sore. Gak enak
juga kan sama mama papa kamu masa pagi-pagi aku udah culik anaknya.” Jawab Ari
sambil tertawa.
Tibalah kami di
sebuah pohon rindang dan terdapat danau yang sangat indah. Begitu sepi dan romantic
untuk porsi tempat yang seperti ini. Kami berdua sama-sama menghirup udara
segar ini, benar-benar segar. Tiba-tiba Ari menggenggam erat tanganku dan
memelukku dengan erat. “Ada apa ini? Apakah Ari sudah tahu apa yang aku rasakan
selama ini? Apakah perasaan Ari juga sama sepertiku? Apa yang sebenarnya
terjadi? Apakah ini nyata?” batinku. “Dira, maafkan aku yang tiba-tiba pergi
meninggalkanmu dan maafkan aku yang tiba-tiba kembali dalam kehidupanmu. Jujur aku
pergi untuk masa depan yang baik, agar aku bisa membahagiakan orang tuaku dan
orang yang aku cintai. Kamu Ra. Aku mencintaimu sejak kita pertama kenal dan
walaupun aku sangat jauh denganmu aku tetap mencintaimu, maaf mungkin terlalu
lama aku tidak mengungkapkan perasaan ini, karna aku takut kau menganggap hal
ini terlalu cepat. Dan mungkin ini saat yang tepat, aku mencintaimu Dira,
sungguh mencintaimu. Apakah kau mau menikah denganku? Aku benar-benar tidak
ingin kehilanganmu.” Ungkap Ari. Aku bingung, oh Tuhan selama ini kami
sama-sama tidak berani untuk mengungkapkannya. Aku juga mencintainya Tuhan
sungguh, dan aku juga tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Baiklah mungkin ini
waktu yang tepat untuk benar-benar bisa memilikinya, “Ari, aku tidak percaya tapi
aku juga sangat mencintaimu, aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku mau Ri me……..”
“Kriiiiiiing……. kriiiiiiinggg……..
kriiiiingggg…….” Oh tidaaaaaaaaaaaakkkkkkkkk!!!!! Ternyata ini hanya mimpi dan
ternyata Ari itu hanya pria imaginasi yang selalu aku inginkan. Pahit!!!!
No comments:
Post a Comment