Friday, November 16, 2012

First!!!


“Ngggkkkkk…… nggggkkkk……” handphoneku bergetar. “Ra, kamu udah bangun? Aku di bawah ya.” Setelah membaca pesan dari Ari aku terbangun dari tempat tidurku, bergegas turun ke bawah dan menemuinya. “Ari!” aku langsung memeluknya. “Hey, Dira. Apa kabar kamu? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu.” Ari dengan lembut membelai rambutku. Aku rindu sekali padanya. Ari pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjut sekolahnya ke Paris. Dan setelah 4 tahun, dia datang kembali menemuiku.
“Aku sangat merindukanmu. Kapan kamu tiba? Kenapa tidak memberi kabar?” dengan cepat aku menyerangnya dengan pertanyaan. Ari tersenyum “haruskah aku menjawab seluruh pertanyaanmu di depan pintu Ra?” canda Ari. “Oh Tuhan, maaf Ri, aku lupa. Ayo masuk.” Dengan sangat malu aku mengajaknya ke dalam. Ari adalah seseorang yang aku suka sejak aku masih SMA, namun Ari tidak pernah tahu apa yang aku rasakan, karna aku tidak ingin merusak persahabatanku dengannya. Dan sampai sekarang aku masih menyimpan perasaanku, entah kapan aku akan jujur mengatakannya.
“Duduk dulu deh Ri, aku mau mandi sebentar deh ya. Biar bibi yang anter minum buat kamu. Kamu jangan kemana mana ya.” Perintahku. “iya bawel” jawab Ari. Dan aku meninggalkan Ari. “Oh Tuhan, dia kembali. Gak bisa bohong, aku masih sangat menyayanginya. Semoga tak lama lagi dia mengetahui apa yang aku rasakan.” Batinku.
“Hey Ri, lama ya? Maaf yaaaa.” Saatku kembali ke ruang tamu. “Aku sampe lumutan nih nungguin kamu, untung bibi masih inget apa yang aku suka, setidaknya apa yang bibi kasih ke aku itu bisa membunuh rasa bosen karna nungguin kamu yang mandinya lama banget.” Celetuk Ari. “Ets, biasa aja dong.” Jawabku. Ari tersenyum melihatku “yasudah, yuk kita pergi.” Ajak Ari. “Loh, memangnya kita mau kemana?” tanyaku. “sudah ayo, jangan cerewet!” tiba-tiba Ari menarik tanganku menuju keluar rumah. Genggamannya membuatku lupa akan kesedihanku ketika Ari meninggalkanku selama 4 tahun ini. Sekarang rasa rinduku telah terbayar walaupun belum keseluruhannya.
Ari membukakan pintu mobilnya untukku dan mempersilahkan aku masuk bagaikan putri, “terimakasih.” Ucapku dan Ari tersenyum. Harum mobilnya tidak berubah, aroma tubuhnya yang wangi itu juga tidak berubah. Benar-benar Ari yang aku kenal. Namun aku tidak tahu, kemana Ari akan membawaku.
Setelah 2 jam perjalanan, kami sampai di tempat yang sangat sejuk, daerah Jawa Barat. “akhirnya sampai juga.” Ucap Ari, “ayo tuan putri, kita sudah sampai nih. Turunlah dari kursi cantikmu.” Sambungnya. Aku masih bingung, untuk apa Ari mengajakku ke tempat seindah ini? Tapi yasudahlah lebih baik aku ikuti mau dia, toh sepertinya gak merugikan.
Udaranya dingin banget, padahal Ari tahu aku tidak begitu suka dingin dan dia juga tahu kalo aku kedinginan apa akibatnya. Menyebalkan sekali memang si Ari kadang-kadang. Tapi tunggu dulu, dia……. “nih pakai, aku takut badanmu bentol-bentol kalo kedinginan.” Ari memberikan jaketnya untukku, Tuhan apakah aku harus kePDan atau biasa aja, yang jelas aku senang sekali. “terimakasih ya Ri.” Ucapku. “iya Ra sama-sama. Yasudah yuk, jangan terlalu lama diam, nanti keburu sore. Gak enak juga kan sama mama papa kamu masa pagi-pagi aku udah culik anaknya.” Jawab Ari sambil tertawa.
Tibalah kami di sebuah pohon rindang dan terdapat danau yang sangat indah. Begitu sepi dan romantic untuk porsi tempat yang seperti ini. Kami berdua sama-sama menghirup udara segar ini, benar-benar segar. Tiba-tiba Ari menggenggam erat tanganku dan memelukku dengan erat. “Ada apa ini? Apakah Ari sudah tahu apa yang aku rasakan selama ini? Apakah perasaan Ari juga sama sepertiku? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini nyata?” batinku. “Dira, maafkan aku yang tiba-tiba pergi meninggalkanmu dan maafkan aku yang tiba-tiba kembali dalam kehidupanmu. Jujur aku pergi untuk masa depan yang baik, agar aku bisa membahagiakan orang tuaku dan orang yang aku cintai. Kamu Ra. Aku mencintaimu sejak kita pertama kenal dan walaupun aku sangat jauh denganmu aku tetap mencintaimu, maaf mungkin terlalu lama aku tidak mengungkapkan perasaan ini, karna aku takut kau menganggap hal ini terlalu cepat. Dan mungkin ini saat yang tepat, aku mencintaimu Dira, sungguh mencintaimu. Apakah kau mau menikah denganku? Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu.” Ungkap Ari. Aku bingung, oh Tuhan selama ini kami sama-sama tidak berani untuk mengungkapkannya. Aku juga mencintainya Tuhan sungguh, dan aku juga tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Baiklah mungkin ini waktu yang tepat untuk benar-benar bisa memilikinya, “Ari, aku tidak percaya tapi aku juga sangat mencintaimu, aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku mau Ri me……..”
“Kriiiiiiing……. kriiiiiiinggg…….. kriiiiingggg…….” Oh tidaaaaaaaaaaaakkkkkkkkk!!!!! Ternyata ini hanya mimpi dan ternyata Ari itu hanya pria imaginasi yang selalu aku inginkan. Pahit!!!!

No comments:

Post a Comment